Bea Cukai Semarang Asistensi IT Inventory untuk Menuju Kawasan Berikat Mandiri

Semarang (23/08) – Sebagai bentuk tindak lanjut dari Forum Group Discussion (FGD) “Penetapan Layanan Mandiri pada Kawasan Berikat”, Bea Cukai Semarang melakukan asistensi IT Inventory untuk memenuhi salah satu syarat menjadi Kawasan Berikat Mandiri. Asistensi dilaksanakan selama tiga hari, yaitu dari tanggal 21 Agustus 2019 sampai dengan 23 Agustus 2019 dengan berkunjung ke empat perusahaan di bawah pengawasan Seksi Pelayanan dan Kepabeanan II, V dan VI, yaitu PT. Liebra Permana, PT. MAS Sumbiri, PT. Promanufacture Indonesia dan PT. Hutan Makmur Indonesia.

Dalam asistensi IT Inventory ini, hal yang menjadi fokus utama adalah menguji IT Inventory dari masing-masing perusahaan. Uji IT Inventory dilakukan dengan cara mengambil sampel dokumen BC 2.3 Impor dan BC 3.0 Ekspor untuk dibandingkan dengan data di sistem IT Inventory sekaligus pengecekan barang secara langsung di gudang. Untuk bisa menjadi Kawasan Berikat Mandiri, perusahaan harus memiliki IT Inventory dengan kategori A atau B.

Kunjungan hari pertama dilaksanakan di PT. Liebra Permana oleh Kepala Seksi PKC II, R. Megah Andiarto, Kepala Seksi Penyuluhan dan Layanan Informasi, Nurhaeni Hidayah dan Kasubsi Hanggar Pabean dan Cukai XXII, Kristanto. Setelah dilakukan pengujian, didapati IT Inventory perusahaan sudah baik dan ada di kategori A, hanya ada sedikit kekurangan yang perlu diperbaiki, yaitu ketika dilakukan uji pengecekan secara langsung ke gudang, barang masih sulit ditemukan.

Berlanjut ke kunjungan hari ke dua, yaitu ke PT. MAS Sumbiri dan Promanufacture Indonesia oleh Kepala Seksi PKC VI, Mochammad Sahid, Kepala Seksi Penyuluhan dan Layanan Informasi, Nurhaeni Hidayah dan Kasubsi Hanggar Pabean dan Cukai XXII, Kristanto. Dari hasil pengujian, didapati IT Inventory dari PT. MAS Sumbiri sudah baik dan ada di kategori A. Beberapa perbaikan yang diperlukan diantaranya, kode barang di dokumen BC 2.3 Impor harus disamakan dengan kode barang di IT Inventory, rincian jumlah barang di dokumen BC 2.3 harus disamakan dengan rincian jumlah barang di IT Inventory dan perbaikan terkait penyesuaian (adjusment). Selanjutnya, untuk PT. Promanufacture Indonesia, setelah dilakukan pengujian, IT Inventory ada di kategori C karena menggunakan dua aplikasi yang belum terintegrasi dan masih harus menggunakan worksheet excel untuk melakukan penjurnalan laporan. Selain itu, kode barang di dokumen BC 2.3 Impor juga belum sama dengan kode barang di IT Inventory.
Memasuki kunjungan hari ke tiga, yaitu ke PT. Hutan Makmur Indonesia oleh Kepala Seksi PKC V, Riyadush Sholihin, Kepala Seksi Penyuluhan dan Layanan Informasi, Nurhaeni Hidayah dan Kasubsi Hanggar Pabean dan Cukai XXII, Kristanto. Setelah dilakukan pengujian, didapati IT Inventory perusahaan ada di kategori C karena menggunakan dua aplikasi berbeda untuk IT Inventory dan akuntansi yang belum terintegrasi. Selain itu, beberapa kekurangan lainnya yang harus diperbaiki adalah tampilan laporan belum dalam bentuk kertas kerja, masih dalam format PDF, laporan mutasi barang belum bisa per tanggal dan tidak menjumlah sehingga saldo akhir tidak bisa diketahui dan menu “search” di laporan belum ada.

Dari asistensi ini, semua perusahaan harus segera memperbaiki semua kekurangan yang ditemukan dari hasil pengujian agar IT Inventory bisa menjadi kategori A atau B untuk bisa memenuhi salah satu persyaratan menjadi Kawasan Berikat Mandiri.

Bea Cukai Makin Baik
Bea Cukai Semarang Lebih Fokus Lebih Baik

Tinggalkan Balasan